Cahyo, berasal dari keluarga muslim taat di Yogja, bekerja sebagai chef di Jakarta. Cahyo sedang berusaha lepas dari kesedihan karena ditinggal selingkuh kekasihnya, Mitha.
Ketika nonton pertunjukan tari kontemporer dia jumpa dengan Diana, asal Padang, Katolik, mahasiswa jurusan tari dan tinggal di rumah pamannya.Mereka memutuskan berpacaran walaupun berbeda keyakinan. Mereka bahkan serius melanjutkan hubungan hingga jenjang pernikahan.
Diana was-was ketika Cahyo mengajaknya menemui orangtuanya. Ibu Cahyo bisa memahami cinta anaknya, tapi Pak Fadholi tidak akan merestui Cahyo. Bila Cahyo memaksa, Pak Fadholi memilih memutus ikatan tali keluarga.
Ibu Diana juga keberatan dengan pilihan putrinya. Kakak-kakak Diana, termasuk om dan tantenya, telah meninggalkan keyakinan mereka. Ibu Diana memaksa Diana mengikuti kehendaknya. Itu sebabnya, Diana akhirnya memilih kembali ke Padang dan menerima perjodohan dengan dokter Oka, lelaki pilihan ibunya dan seiman. Ia coba tutup hatinya untuk Cahyo
Cahyo melewati masa terburuk dalam hidupnya. Cahyo berkesimpulan bahwa Diana tak ada bedanya dengan Mitha yang lari ke pelukan laki-laki lain. Di Padang, Diana berusaha mencintai Oka, dan Oka berusaha membantunya melupakan Cahyo
Ada satu yang masih sulit dilupakan Cahyo maupun Diana, bahwa mereka sesungguhnya diikrarkan bukan karena keyakinan, tapi karena cinta.
StatusBelum beredar ProduserRama Adi, Tia Hasibuan, Fauzan Zidni SutradaraMouly Surya PenulisMouly Surya PemeranNicholas Saputra, Ayushita, Karina Salim, Anggun Priambodo, Lupita Jennifer, Jajang C Noer, Tutie Kirana, Khiva Iskak,Adella Fauzi Warna Warna
Sinopsis
Film ini menuturkan sejumlah kisah cinta di sebuah sekolah luar biasa. Ada Fitri yang tuna netra bertemu dengan Edo yang tidak bisa bicara. Jika saja Fitri dapat melihat dan Edo dapat bicara, mereka mungkin sudah saling jatuh cinta sejak lama. Ada juga Diana yang hanya mampu melihat dalam jarak dua sentimenter. Yang ia dambakan hanyalah momen pertama menstruasi, yang sayangnya tak kunjung datang. Ketika Diana bertemu Andhika, seorang murid baru, hidup Diana mulai berubah.
Catatan
World Premiere Sundance Film Festival 2013, masuk kompetisi kategori World Dramatic Competition, yang diikuti 12 film peserta.
Mimpi Ahmad (Donny Alamsyah) sederhana. Dia ingin sekali punya cinta. Dan mimpi itu sebenarnya terasa sangat wajar, karena Ahmad yang memang yatim piatu, tidak pernah sekalipun merasakan cinta sejak ia kecil dan hidup di panti asuhan
Sekumpulan kartu pos misterius yang dikirimkan Bagas (Lukman Sardi) dari berbagai penjuru dunia, mempertemukan Ahmad dengan Bening (Joanna Alexandra), mahasiswi cantik namun rapuh. Mereka sering bertemu di gerbong KRL Ahmad pun jatuh cinta. Masalahnya. Ahmad bahkan tidak punya keberanian untuk berkenalan.
Atas saran ibu Panti Asuhan (Vita Ramona) dan dukungan sahabatnya Gifar (Dion Wiyoko), Ahmad menulis surat cinta. Ia berencana memberikan surat itu kepada Bening dan mengajaknya berkenalan sebelum semuanya terlambat. Tapi, karena kecopetan surat itu hilang. Keberanian Ahmad langsung hancur.
Tak putus asa, insiden kecopetan itu memberi Ahmad ide. Ia meminta bantuan seorang copet bernama Gubeng (Ramon Y Tungka) untuk mencurikan cinta Bening. Tapi, pada hari yang dijanjikan Gubeng, copet sewaan itu tak muncul, Ahmad pun geram. Dengan menggenggam palu stempel pos, Ahmad memburu Gubeng yang ternyata insaf, dan berada di sel penjara.
Gubeng mengaku bahwa cinta itu sekarang tertinggal di saku celana jins yang sedang ia cuci di sebuah laundry. Ketika Ahmad tiba di laundry yang dimaksud, masalah baru kembali muncul. Ternyata si pemilik Laundry itu, Roy (Gading Marten), juga menginginkan cinta Bening.
Perseteruan pun terjadi dengan si pemilik laundry, yang juga bos narkoba terselubung. Masalah semakin runyam ketika Briptu Nila (Enditha) datang menggerebek tempat itu dan ikut menahan Ahmad. Mimpi Ahmad akan cinta terlihat semakin sulit untuk diraih.
Catatan
Dari cerita pendek Cinta di Saku Belakang Celana karya Fajar Nugros.
PETERPAN SEMPAT RENGGANG. ARIEL MASUK BUI MEREKA TEKOR.
Masa kurungan 750 hari Ariel Peterpan diawali dengan mendekam di rumah tahanan Bareskrim Mabes Polri, Jakarta. Ketika Abu Bakar Ba’asyir masuk ke sana, Ariel dan seorang tahahan lain pun tergusur dari sebuah sel 4 x 4 meter. Setelah itu keusilan tahahan lain pun muncul, ada yang berkata kepada Ba’asyir, “Ini Ariel, Pak Ustad!”
Ba’asyir, yang ditahan karena kasus terorisme, menyahut, “Oh, ini toh Ariel? Saya hanya tahu namanya saja.” Lantas dia menasihati Ariel agar tak berkecil hati, karena manusia diciptakan untuk bikin kesalahan lalu memperbaiki diri.
Pengalaman baru, kadang aneh, itulah yang memperkaya Ariel. Dalam perjalanan untuk disidang ke PN Bandung, sekelompok siswi berkerudung melempari mobil tahanan dengan tomat. Ariel mencatat, “Namun ada keanehan saat saya melihat mata mereka: datar tanpa emosi.” (hal. 208).
Dalam buku Kisah Lainnya: Catatan 2010-2012, Nazril “Ariel” Irham (dan editor buku) membuat sekumpulan sketsa perjalanan karier bersama bandnya, Peterpan, yang diperkaya tulisan personel lainnya (Uki, Lukman, Reza, David). Di sana tergambar masa remaja, pencarian identitas diri dan profesi, sampai kejenuhan sebuah band di masa jaya.
Magnet seorang biduan belia
Ariel Peterpan-kemudian-Noah dan editor menempatkan penahanan dirinya sebagai bab pembuka. Dimulai dari ketegangan Ariel setelah asistennya berbisik sambil menujukkan isi sebuah ponsel dalam suatu rapat di bulan Mei 2010, lalu Ariel harus menyembunyikan diri, sampai akhirnya menyerahkan diri dengan cara dijemput polisi di sebuah parkiran “hotel di kawasan Semanggi”, malam hari 23 Juni 2010.
Memang, malapetaka karena video pribadi itulah yang akhirnya menempatkan Ariel ke dalam kasus kontroversial. Maka layaklah jika menjadi pembuka. Saya pribadi menganggap dia tak melakukan kejahatan (karena bukan memperkosa, dilakukan bersama perempuan dewasa), dan dia tidak menyebarkan konten itu.
Saya bukan (atau belum menjadi) penggemar Peterpan maupun Ariel. Bertahun-tahun saya mengejanya “a-ri-yèl” karena mengandalkan teks dan kelaziman, bukan dengaran. Lagu-lagun Peterpan pun hanya satu-dua yang saya ketahui.
Akan tetapi dari sejumlah serapan terhadap muatan media (termasuk televisi sekilas), saya mendapatkan kesan bahwa Ariel itu frontman yang pintar, sangat percaya diri, dan… punya sex appeal kuat.
Semuda itu, belum genap 30 saat itu, dia sudah mendapatkan banyak hal (tentu juga karena kerja keras): ketenaran, uang, penggemar, dan segala goda dunia. Tampang Ariel layak pandang, tubuhnya kencang, kadang menyanyi dengan dada telanjang (karena kepanasan), masih memakai tas pinggang (bermula dari kebiasaan sehari-hari kemudian manajemen akhirnya memintanya menjadi bagian dari wardrobe pentas), sampai seorang ibu dan calon ibu mendiskusikannya di sebuah blog dalam canda riang
Proses kreatif dan pendewasaan
Lantas apa yang menarik dari buku ini selain soal bui? Proses seorang Ariel menjadi musisi dan pembentukan chemistry sebuah band. Ariel tak hanya bisa menulis lagu tapi juga lirik karena mau belajar.
“[...] Namun saya tidak mampu menulis lagu dalam bahasa Indonesia. Saya tidak mempunyai gaya bahasa, dan saya tidak tahu mau menulis apa…”demikian pengakuan Ariel (hal. 49).
Dari lemari kakak perempuannya, Ivanna, Ariel remaja menemukan sebuah buku harian, dan kelancangan itu dilipatgandakannya dengan mengutip isi: bila rindu ini masih milikmu / kuhadirkan sebuah tanya untukmu / harus berapa lama aku menunggumu. Maka terciptalah calon refrain untuk laguMenunggumu (hal. 50).
Proses belajar Ariel saat SMA itu adalah mencari bacaan selain komik Spider-Man, Kungfu Boy, dan Dragon Ball. Dia terpikat oleh buku yang terbungkus plastik karena judulnya. Cinta, Keindahan, Kematian. Karya Kahlil Ghibran.
Setibanya di rumah dia baru tahu itu bukan novel melainkan buku puisi. Setelah itu Ariel banyak menulis, bukan demi lirik melainkan belajar menuangkan gagasan. Kini Ariel ingin memperdalam teknik vokal. Ketika dia menyanyi dengan gaya lain, Fadli Padi bisa menerka dengan tepat: Ariel mengadopsi gaya Curt Cobain dalam Menghapus Jejakmu (hal. 218),
Bagian lain yang menarik adalah yang saya tunggu dan ternyata ada: proses pendewasaan sebuah band. Ketika uang berlimpah, ada anak Peterpan yang membeli sebungkus rokok dengan selembar Rp 100.000 tanpa meminta kembalian.
Ketenaran dan jadwal konser membuat mereka kelelahan. Cekcok sepele bisa menjadi clash, bahkan tak jarang dipertunjukkan di depan orang saat sound check. “Di atas panggung kami boleh terlihat kompak, tapi begitu selesai menjalankan tugas, kata Uki, ‘Every man for himself’.” (hal. 101).
Masalah kian menebal ketika Peterpan harus menyiapkan album baru. Sulit sekali mengumpulkan personel dan materi lagu. Belum lagi kebiasaan menunda pekerjaan ketika giliran take demi take tiba.Akibatnya waktu rehat enam bulan menjadi setahun, padahal band terikat kontrak dengan label (Musica).
Kerukunan sebuah band ini hal yang menarik. Pink Floyd, yang pernah masuk daftar musisi kaya Forbes, pernah terkabarkan bahwa personelnya saling meludahi di panggung. Namun di sisi lain saya gumun, apakah di luar motif bisnis ada pengikat lain sehingga grup gaek Rolling Stones (terutama Jagger dan Richards) bisa bertahan? Fortune pernah mengangkat Stones sebagai perusahaan yang bagus dalam laporan utama: “Stones Inc.”.
Keutuhan band bukan perkara gampang, Koes Bersaudara-dan-Plus pun bisa tak rukun setelah tenar (Nomo keluar, Yok terkabarkan suka mutung). Yockie dan Chrisye bercerai karena beda motif (sang penyanyi mementingkan kelanggengan komersial). Apakah setiap band perlu orang dominan seperti Ahmad Dhani dalam Dewa? Soal chemistry ini kok kayaknya antara matematis dan tidak.
Bagi Peterpan, masalah terbesar yang harus ditanggung adalah saat Ariel ditahan. Peluncuran album baru tertunda, padahal sampul dan klip sudah jadi. Konser tak ada. Ujung-ujungnya yang paling menderita adalah kru, karena tanpa jobs untuk band mereka tak beroleh uang. Ada yang disalurkan Geisha, Nidji, d’Masiv, dan God Bless. Seorang roadie angkut barang yang tak memiliki keterampilan akhirnya menjadi tukang parkir.
Bagaimana menjelang dan sesudah Ariel bebas? Mereka harus menata diri. Ariel menyebutnya ujian bagi kesabaran, kepercayaan, dan ego. Ia mengagumi Lukman, sahabatnya yang jauh lebih tua, tapi disertai kritik bahwa Lukman kurang dapat mengayomi band.
Yang lainnya? “Reza dan David agak jauh dari bursa pemimpim interim. Yang pertama terlalu rock n’ roll, sementara yang kedua masih terlalu hijau.” Pilihan jatuh ke Uki, sahabat Ariel sejak SMP. (hal. 184)
Bonus musik instrumental
Di luar tuturan, ada dua hal lain yang menarik. Pertama: sketsa karya Ariel selama dalam bui. Dia memang berhobi menggambar, pernah kuliah sebentar di jurusan arsitektur. Selama menjalani asimilasi Ariel magang di Gaea Architect (Bandung), sebuah biro arsitektur milik kakak kelasnya di Universitas Parahyangan.
Kedua: bonus CD, sebagian besar instrumental. Proses kreatifnya dibahas dalam buku. Sungguh katro, saya baru tahu lagu-lagu itu padahal ternyata lagu lama Peterpan. Setelah saya cek di YouTube ternyata lagunya tak sebagus versi orkestral. Misalnya Di Atas Normal dan Sahabat. Yang lain belum menarik. :) Mungkin karena saya awam Peterpan.
Delapan tahun berlalu. Kehidupan Sakti (Tora Sudiro), Meimei (Cut Mini), Andien (Aida Nurmala) berlanjut. Bahkan, Lita (Rachel Maryam), sepupu Sakti dari Medan yang pernah dijodohkan keluarganya dengan Sakti, kini sudah menetap di Jakarta. Nino (Surya Saputra) kekasih Sakti pun sudah menjadi bagian dari kehidupan para sahabat ini.
Waktu yang melesat membuat tokoh-tokoh yang bergelimang kemapanan ini, menghadapi realita. Bertambahnya usia, perubahan kulit dan bentuk tubuh adalah hal-hal sepele yang mengganggu kehidupan mereka. Perubahan penting juga tak terhindarkan: kematian suami Andien, perceraian Meimei, penolakan Lita terhadap institusi perkawinan, walaupun dirinya memilih untuk membesarkan anak yang dikandungnya, juga stagnasi hubungan sesama jenis Sakti dan Nino yang akhirnya membuat mereka memutuskan berpisah dulu.
Sementara itu, kehidupan Jakarta yang padat acara fashion, lifestyle, budaya dan seni membuat semakin heboh keinginan ibu-ibu socialite untuk tampil sempurna. Kemunculan dokter Joy (Sarah Sechan), ahli bedah plastik dengan financier-nya, Ara (Atiqah Hasiholan), menjadi obat bagi ibu-ibu Arisan Jakarta. Bahkan penulis yang dulu suka mengkritik ibu-ibu ini, Yayuk Asmara (Ria Irawan), sekarang berubah haluan, justru mengeruk keuntungan dengan menulis biografi mereka. Kemunculan Octa (Rio Dewanto), sebagai pria muda tampan juga meramaikan ‘social scene’ Jakarta.
Andien memutuskan untuk menyalurkan jiwa perfeksionis dan signature style-nya dengan membuka bisnis event designing. Lita menyalurkan keahliannya di bidang hukum dan membantu sahabat-sahabatnya dalam berbisnis. Mereka juga membantu Lita membesarkan dan mengurus anaknya yang tak berayah. Sakti, semakin menjauh karena sibuk menutupi percintaannya dengan Gerry (Pong Harjatmo), pria setengah baya yang sudah beristri. Nino, hanya berusaha memahami Sakti dengan menerima pilihan Sakti dan menyibukkan diri dengan produksi filmnya.
Meimei memilih beristirahat dari kehebohan Jakarta. Ia cuti panjang di kepulauan Gili, Lombok untuk menikmati alam. Dalam keheningan kehidupan yang berbeda itu, Meimei bertemu dengan Tom (Edward Gunawan) seorang ‘healer’ dan Moli (Adinia Wirasti) seorang bartenderyang memberikan perspektif baru dalam kehidupan Meimei. Sakti, Andien, Lita, dan Nino dihadapkan pada kenyataan bahwa Meimei menutupi penyakit yang menggerogoti dirinya. Ia tidak sekedar berlibur di pulau. Maka, berkumpullah mereka untuk mengatur strategi mendatangi Meimei dan membongkar rahasianya. Namun, rahasia-rahasia lain ternyata ikut terbongkar… dan mereka harus menentukan pilihan.
Gloria Sinaga atau Glo (Geraldine Sianturi) tidak ingin jadi seperti ibunya: nikah, melupakan impiannya,dan hidup rutin selamanya. Ibunya, Mak Gondut, divonis sakit dan umurnya tinggal setahun. Di sisa waktunya, Mak Gondut bertekad mencari "Ucok", sosok Batak idaman buat Glo.Glo bermimpi jadi sutradara terkenal. Glo pernah membuat film pertama dan wanita ini bertekad bahwa film keduanya harus lebih sukses. Namun, mimpi Glo bukanlah mimpi yang mudah untuk diwujudkan. Glo harus menerima kenyataan susahnya mencari orang yang mau menjadi produser dan investornya. Ditambah lagi ada keinginan Mak Gondut, agar Glo segera menikah dengan pria Batak. Sebagai wanita Batak, Mak Gondut, percaya bahwa kesuksesan seorang wanita Batak diukur dari keberhasilannya berumahtangga.Glo menolak ide ibundanya tersebut. Di sisi lain, Mak Gondut menawarkan jalan keluar pendanaan filmnya. Konflik berkembang dan kemudian melibatkan banyak pihak, termasuk teman-teman Glo, Nikki (Sairah Jihan) dan Acun (Sunny Soon).